19/11/10

Konversi Jalan Bebas Hambatan : Inovasi Baru Penataan Ruang Kota

Banyak orang berpendapat bahwa solusi terbaik untuk mengatasi kemacetan lalu lintas di kawasan perkotaan adalah membangun jalan bebas hambatan. Diyakini bahwa kemacetan lalu lintas terjadi karena pertumbuhan panjang jalan kota jauh lebih lambat dibandingkan pertumbuhan kepemilikan kendaraan bermotor. Di Jakarta, misalnya, tingkat pertumbuhan kepemilikan kendaraan adalah 9 sampai 11 persen per tahun tetapi pertumbuhan pembangunan jalan kurang dari 1 persen per tahun. Ketimpangan ini banyak diyakini sebagai penyebab semakin kronisnya masalah kemacetan di kota-kota besar termasuk di Jakarta.

Apakah pembangunan jalan bebas hambatan atau pelebaran jalan dapat mengatasi masalah lalu lintas di kawasan perkotaan? Pembangunan jalan bebas hambatan atau pelebaran jalan hanyalah memecahkan masalah kemacetan lalu lintas secara sementara. Setelah beberapa tahun, jalan bebas hambatan akan diisi oleh lalu lintas baru yang tidak akan terjadi bilamana jalan bebas hambatan tidak dibangun. Hal serupa terjadi dengan pelebaran jalan ketika jalan yang telah diperlebar tersebut akan kembali macet hanya dalam beberapa bulan. Fenomena seperti itu disebut induced demand. Karena induced demand ini, membangun jalan baru atau pelebaran jalan adalah solusi kemacetan lalu lintas yang sifatnya sementara.

Tulisan ini menjelaskan suatu inovasi baru dalam perencanaan kota yaitu konversi jalan bebas hambatan menjadi kawasan yang lebih berorientasi pejalan kaki (pedestrian-oriented areas). Berdasarkan studi kasus di beberapa kota besar dunia termasuk Paris, Milwaukee, San Franscisco dan Seoul, tulisan ini menawarkan solusi bagi pemecahan masalah transportasi kota-kota besar di Indonesia, khususnya Jakarta.

Rencana Penutupan Jalan Bebas Hambatan di Paris
Belum lama ini, walikota Paris Bertrand Delanoe mengumumkan rencana untuk melarang mobil melewati jalan bebas hambatan Paris (Paris Expressway) di pinggiran sungai Seine sepanjang 2 km antara Musee d’Orsay dan jembatan Alma. Walikota Bertrand Delanoe berpendapat bahwa rencana ini akan mengurangi polusi dan lalu lintas kendaraan bermotor dan akan memberikan kesempatan lebih bagi penduduk Paris untuk menikmati hidupnya. Di kawasan tersebut direncanakan akan dibangun beragam aktivitas outdoor, kafe, taman dan pulau terapung (floating islands).

Rencana pembangunan kawasan ini mendapatkan respon yang positif dari penduduk kota Paris. Dalam beberapa tahun terakhir ini, kawasan sepanjang 2 km ini telah menjadi kawasan bebas mobil pada setiap hari Minggu dan menjadi kawasan popular bagi penduduk Paris. Dalam sepuluh tahun terakhir ini, pemerintah kota Paris telah berupaya pula untuk mengubah mentalitas penduduk kota Paris khususnya untuk mengurangi penggunaan kendaraan pribadi. Pemerintah kota Paris telah giat menggalakkan penggunaan kendaraan umum termasuk tram dan bus bagi para penduduknya serta membangun jalur sepeda di berbagai ruas jalan di kota Paris. Pada bulan Juni mendatang, rencana pembangunan kawasan ini yang diperkirakan menghabiskan biaya sekitar US$ 50 juta akan dibahas oleh Dewan Kota Paris. Walikota Bertrand Delanoe berkeyakinan bahwa proyek ini akan berpengaruh banyak terhadap penataan kota Paris di tahun-tahun mendatang.

Konversi Jalan Bebas Hambatan di Milwaukee dan San Francisco
Di Amerika Serikat, terdapat paling sedikit dua kota yang telah berhasil mengkonversi jalan bebas hambatan. Kota Milwaukee, pada tahun 2002, menghancurkan jalan bebas hambatan Park East. Jalan bebas hambatan Park East telah membelah kawasan permukiman dan menjadikan kawasan ini lebih berorientasi pada kendaraan bermotor. Setelah jalan bebas hambatan Park East dihancurkan, kawasan permukiman yang terbelah dapat direstorasi kembali dan menjadi kawasan yang ramah bagi pejalan kaki. Setelah penghancuran jalan bebas hambatan Park East, beragam kegiatan ekonomi baru pun tumbuh di kawasan ini termasuk kondominium, perdagangan dan perkantoran.

Di Kota San Franscisco, bencana gempa bumi Loma Prieta pada tahun 1989 mengakibatkan rusaknya dua jalan bebas hambatan yaitu Embarcadero Freeway dan Central Freeway. Pada tahun 2002, pemerintah kota San Franscisco memutuskan untuk mengkonversi kedua jalan bebas hambatan tersebut menjadi jalan raya (boulevard) yang membuka akses bagi pejalan kaki, taman kota dan jalur sepeda. Konversi ini mengubah secara drastis kawasan pusat kota San Franscisco menjadi lebih atraktif dan menarik serta lebih ramah terhadap pejalan kaki.

Sebuah studi yang mengamati dampak konversi kedua jalan bebas hambatan ini (Cervero, Kang dan Shively 2009) menemukan bahwa perhatian yang dititikberatkan pada kualitas lingkungan dan pejalan kaki ketimbang pada pergerakan kendaraan bermotor telah memberikan keuntungan bagi kota San Franscisco tanpa mengakibatkan kerugian serius dalam kinerja transportasinya. Para peneliti tersebut menemukan bahwa pengguna jalan bebas hambatan telah beradaptasi terhadap konversi jalan bebas hambatan dengan menggunakan rute alternative, mengubah mode transportasi dan mengubah perilaku pergerakan termasuk waktu pergerakan.

Konversi Jalan Bebas Hambatan di Seoul
Jalan bebas hambatan Chonggyecheon mulai dibangun pada tahun 1955 dan selesai pada tahun 1977. Jalan bebas hambatan ini terdiri dari empat jalur sepanjang 5,8 km, dan dibangun diatas jalan raya yang menutup aliran sungai. Proyek ini dijadikan symbol modernisasi dan industrialisasi di Korea Selatan pasca perang Korea. Pada tahun 2000, kawasan Chonggyecheon dianggap sebagai kawasan industry yang padat dan paling bising di kota Seoul.

Dibawah kepemimpinan Walikota Seoul, Lee Myung-Bak, dicanangkan proyek yang menghancurkan jalan bebas hambatan Chonggyecheon, merevitalisasi kawasan sekitarnya dan memunculkan kembali aliran sungai. Selama proses penghancuran jalan bebas hambatan Chonggyecheon, pemerintah kota Seoul juga mengembangkan system transportasi umum termasuk jalur Bus Rapid Transit.

Kesuksesan restorasi kawasan Chonggyecheon membawa kebanggaan bagi masyarakat kota Seoul dan juga warga Korea Selatan. Kawasan Chonggyecheon menjadi salah satu kawasan atraksi wisata utama di kota Seoul. Tidak mengherankan, kesuksesan Walikota Lee Myung-Bak dalam merestorasi kawasan Chonggyecheon ini juga salah satu kunci keberhasilannya terpilih sebagai presiden Korea Selatan pada tahun 2007 lalu.

Penutup
Konversi jalan bebas hambatan menjadi kawasan yang ramah terhadap pejalan kaki (pedestrian-oriented areas) merupakan terobosan baru dalam perencanaan kota saat ini. Pendekatan dalam perencanaan kota saat ini mesti lebih focus kepada penduduk kota ketimbang kepada kendaraan di kota tersebut. Konversi jalan bebas hambatan ini akan lebih efektif jika diikuti dengan pengembangan system transportasi umum.
Konversi jalan bebas hambatan adalah suatu inovasi kreatif dalam perencanaan kota untuk menjawab tantangan pembangunan kota yang lebih rumit di abad ke-21 ini. Kota-kota di Indonesia, khususnya Jakarta, yang sedang mempertimbangkan untuk membangun lebih banyak jalan tol dalam kota seyogyanya belajar dari pengalaman yang terjadi di kota-kota seperti Seoul dan San Franscisco mengenai dampak negative dari pembangunan jalan bebas hambatan. Kota-kota besar di Indonesia semestinya lebih memikirkan untuk membangun system jaringan transportasi massal yang terpadu, handal, aksesibel dan terjangkau untuk mengatasi masalah transportasi kota ketimbang membangun jalan bebas hambatan baru.

(Untuk mengutip tulisan ini: Rukmana, Deden. (2010). Konversi Jalan Bebas Hambatan: Inovasi Baru Penataan Ruang Kota. Esquire Indonesia.September 2010)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar